Foto-Foto Tempat Ritual Aliran Sesat, Tomohon
Credit Foto by Jouna Nelwan
Tomohon, – Ratusan warga Kakaskasen berbondong-bondong membakar lokasi yang dijadikan tempat keramat yang bernama Pinawelaan dan Kameya yang berlokasi di perkebunan Kakaskasen I Kecamatan Tomohon Utara, Kamis (13/09).
Hal ini dipicu dugaan jika lokasi ini digunakan tempat melakukan ritual yang biasa disebut mandi kebal oleh sekolompok masyarakat yang meyakini ajaran tersebut. Aksi pembongkaran tersebut di pimpin langsung Lurah Kakaskasen I Emma Polii yang ikut didampingi unsur Muspika masing-masing Kapolsek Tomohon Utara AKP Roy Tangkuman serta Danramil Tomohon Kapten Infantri Ahmad Nurdin serta sejumlah elemen masyarakat yang ada di kakaskasen I dan tanpa di hadiri serta disaksikan Camat Tomohon Utara Herry Lantang SSTp.
Kapolsek Tomohon Utara AKP Roy Tangkuman ketika di mintai tanggapannya saat bersua dengan wartawan di lokasi pemujaan Pinawelaan mengatakan tindakan ini sudah dibicarakan sebelumnya.
“Pembongkaran tempat ini berdasarkan dengan hasil rapat para tokoh masyarakat di kakaskasen I bersama dengan pemerintah setempat, sehingga kali ini masyarakat dan pemerintah melaksanakan hasil keputusan rapat sebelumnya” ujar Kapolsek.
Disisi lain Danramil Tomohon Kapten Infantri Ahmad Nurdin mengatakan aksi warga ini dikarenakan mereka sudah gerah dengan lokasi yang akhirnya dikeramatkan oleh oknum kelompok masyarakat.
“Pembongkaran ini di lakukan karena masyarakat kakaskasen I sudah merasa terganggu dan resah dengan adanya tempat budaya buatan itu, sehingga komponen masyarakat dan pemerintah setempat secara bersama-sama membongkar tempat yang di jadikan lokasi pemujaan dan berhala itu” ujar Koramil.
Bukan hanya itu lanjut Nurdin pembongkaran berdasarkan hasil rapat bersama pemerintah setempat dan masyarakat apalagi tempat tersebut Pinawelaan dan Kameya sama sekali tidak ada historis budaya karena hanya buatan terbaru, sedangkan yang memiliki konteks hanyalah tempat pemandian saja yang bersebelahan dengan tempat pemujaan.
Sementara di pihak lain tokoh masyarakat Kakaskasen I yakni Yahya Polii mantan hukum tua kakaskasen I ikut angkat bicara soal tempat tersebut. Dikatakannya tempat tersebut bukan tempat situs budaya seperti yang terdaftar sama seperti situs budaya lainnya.
“Tempat ini ada sesudah saya mengakhiri jabatan sebagai hukum tua pada tahun 1994. Yang saya ketahui dulunya tempat ini hanya sebagai lokasi pemandian Pinawelaan atau tempat pengusiran setan yang diyakini orang-orang jaman dulu serta para tentara yang saat akan bertugas di luar daerah datang ke tempat ini dengan keyakinan akan selamat jika ingin pergi bertugas ke daerah lain,” ujar Polii.
Sementara itu Walikota Tomohon Jimmy F Eman SE Ak saat dimintai tanggapan soal pembongkaran lokasi Pinawelaan dan Kameya tersebut bagi top eksekutif tindakan ini harus dianalisa secara bijaksana.
“Mari kita tempatkan pada proporsi yang benar dan mendasar, dimana paling tidak masyarakat religius harus menyikapi secara bijaksana soal pelestarian budaya,” kata Walikota. Namun lanjut Walikota jika aksi ini dilakukan untuk memberantas ajaran yang dianggap sesat harus membahasnya secara mendalam dengan tokoh-tokoh agama.
Ditempat yang berbeda, Greenhill Weol selaku pecinta Seni dan Budaya Minahasa dari komunitas Mawale Movement sangat mengecam aksi pembongkaran tersebut, “Alasan tidak logis: Ada oknum yg ditenggarai melakukan ritual, jadi situsnya dihancurkan. Jadi jika nanti orang itu ritual di kantor walikota, maka kantornya mesti dihancurkan juga donk”, ungkapnya pada grup jejaring sosial. (maria) (Cybersulutnews.com)